Langsung ke konten utama

Postingan

Kenapa Para Ulama Berbeda Pendapat, Meskipun Mereka Sepakat dalam Sumber-sumber Penetapan Syariat?

Untuk mengetahui hal itu, Anda harus mengetahui beberapa hal berikut: 1)       Seluruh ulama sepakat terhadap masalah-masalah keimanan dan prinsip-prinsip syariat dan rukun-rukun Islam dan bangunan Islam yang kokoh. Perbedaan pendapat hanya terjadi pada beberapa rincian dan aplikasi hukum-hukum Islam. Adapun kaidah-kaidah umum dan prinsip-prinsip hukum, maka para ulama menyepakatinya. Ini merupakan karunia dari Allah terhadap syariat dan risalah, dimana Allah telah menjagannya untuk manusia. 2)       Perbedaan pendapat dalam masalah-masalah yang bersifat cabang dan rinci merupakan sesuatu yang biasa. Tidak ada syariat agama samawi ataupun agama buatan manusia yang tidak terdapat perbedaan pendapat. Bahkan, tidak ada suatu ilmu mana pun yang tidak ditemukan perbedaan pendapat di dalamnya. Para ahli hukum berbeda pendapat dalam menjelaskan dan menafsirkannya. Pengadilan pun berbeda-beda dalam menerapkannya. Para sejarawan berbeda pendapat dalam meriwayatkan sejarah dan perist
Postingan terbaru

SUMBER-SUMBER PERSYARIATAN DALAM ISLAM

Dalam mengenal syariat Islam dan hukum- hukumnya, kaum Muslimin berpegang pada prinsip dan dalil-dalil yang mereka jadikan landasan pengetahuan tentang hukum-hukum yang terkait dengan peristiwa, apakah ia halal atau haram. Adapun dalil-dalil komprehensif terhadap syariat adalah sebagai berikut: 1.        Al-Quran Al-karim Al-Quran Al-karim adalah kitab Allah yang diturunkan untuk hamba-hamba-Nya sebagai petunjuk, penjelas dan pembeda antara yang al-haq dan yang batil. Ia terjadi dari penyimpangan dan perubahan. Maka ketika Allah memerintahkan dalam kitab-Nya atau melarang, maka wajib bagi seluruh kaum Muslimin untuk tunduk terhadap perintah dan larangan. Ketika Allah berfirman: “Dan dirikanlah shalat,” (QS. An-Nur: 56), maka kita tahu betul secara yakin tentang kewajiban shalat. Dan ketika Allah berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32), maka kita mengetahui dengan yakin

LIMA PERKARA FUNDAMENTAL

Terdapat lima prinsip dasar fundamental bagi manusia agar hidup mulia. Setiap agama niscaya memerintahkan untuk menjaga kelima perkara ini dan melarang hal-hal yang dapat membahayakannya. Islam memerintahkan untuk menjaga kelima perkara fundamental itu agar seorang Muslim bisa hidup tenang dan tentram dalam bekerja demi mencapai tujuan di dunia dan akhirat. Dengan demikian, masyarakat Islam bisa bersatu seperti sebuah bangunan yang kokoh yang saling menopang satu sama lainnya. Juga ibarat satu tubuh dimana ketika salah satu anggota tubuh lainnya merasa sakit maka yang lainnya akan merasakannya juga. Untuk menjaga lima perkara fundamental itu, terdapat dua tugas utama yaitu, (1) menegakkan dan memeliharanya, (2) menjaganya dari kerusakan dan kebinasaan. 1.        Menjaga Agama Agama adalah tujuan utama penciptaan manusia. Allah mengutus para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan dan menjaganya. Allah SWT berfirman, “Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (

ATURAN ISLAM MENCAKUP SELURUH ASPEK KEHIDUPAN

Islam bukan sekedar agama untuk memenuhi kebutuhan rohani semata yang dilakoni kaum Muslimin dengan beribadah ritual  di masjid-masjid atau berdoa semata. Islam bukan sekedar ajaran atau ideologi yang harus dianut oleh para pemeluknya sebagaimana halnya Islam juga bukan sekedar sistem perekonomian yang integral. Islam juga tidak hanya berisi  seperangkat prinsip dasar dan pandangan-pandangan yang bertujuan untuk membangun sistem dan memberdayakan masyarakat saja. Islam juga tidak hanya mengatur etika dan moral dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Tetapi Islam adalah agama yang komprehensif, meliputi seluruh aspek kehidupan dengan segenap dimensinya. Karenanya, Allah SWT menjadikan agama yang sempurna ini sebagai anugerah bagi umat Islam. Allah SWT, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Aku ridhai Islam  sebagai aturan hidupmu.” (Al Maa’idah: 3). Ketika salah seorang dari kaum musyrikin denga

MEMPELAJARI HUKUM-HUKUM ISLAM

Seorang Muslim dianjurkan untuk mempelajari  hukum-hukum syariat di segenap aspek kehidupannya, baik dalam aspek ibadah, muamalah (interaksi sesama manusia) dan relasi sosial, serta berbagai aspek kehidupan yang lain. Kemudian hendaknya ibadah yang dilakukan berdasarkan pada wawasan  dan ilmu yang benar. Hal ini sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki suatu kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memberikan pemahaman yang baik dalam agama.” (HR. Al-Bukhari, no. 71, dan Muslim, no. 1037). Maka seorang Muslim diharuskan mempelajari hukum-hukum yang wajib, semisal tata cara shalat, bersuci, jenis-jenis makanan dan minuman yang diperbolehkan dan dilarang untuk dikonsumsi, serta yang lainnya. Sebagaimana halnya, dia juga dianjurkan untuk mempelajari hukum-hukum yang sifatnya sunnah dalam syariat, walaupun hal itu tidak diwajibkan kepadanya. Hukum-hukum Syariat Dalam perspektif syariat Islam, setiap perbuatan, perkataan, dan perilaku manusia tidak lepas dari

ISLAM AGAMA KEHIDUPAN

Islam adalah agama yang mampu menyelaraskan kehidupan duniawi dan kehidupan akhirat. Dalam Islam, dunia merupakan tempat bagi seorang Muslim untuk menanam kebaikan di berbagai ranah kehidupan, untuk kemudian mendapatkan balasan kebaikan di dunia dan akhirat. Proses menanam kebaikan ini menuntut sikap pasrah untuk menerima kehidupan melalui jiwa optimis yang dipenuhi kesungguhan dan kebulatan tekad. Semua itu bisa dilihat dalam berbagai hal di bawah ini: Membangun Negeri Allah SWT berfirman, “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya.” (QS Hud: 61). Allah menciptakan kita di muka bumi ini dan memerintahkan kita untuk memakmurkan dan membangun negeri dengan peradaban dan pembangunan yang dapat menopang kehidupan manusia, selama tidak menyalahi syariat Islam yang toleran. Bahkan pembangunan dan pengembangan negeri ini dijadikan sebagai salah satu tujuan dari syariat Islam sekaligus sebagai sarana ibadah bahkan dalam kondisi sulit sekalipun. Karena

TIDAK ADA PERANTARA ANTARA HAMBA DENGAN ALLAH

Islam datang untuk memuliakan manusia; meninggikan kedudukannya, serta menghapus doktrin tentang hak mediasi pada segenap individu tertentu. Betapa pun sebagian orang memiliki keutamaan dan keistimewaan, namun kebahagiaan, pertaubatan, dan peribadatan sama sekali tidak berkaitan dengan mereka. Dalam Islam tidak ada perantara yang dapat menghubungkan antara ibadah seorang hamba dengan Tuhannya. Karena Allah SWT sangat dekat dengan hamba-Nya. Dia mendengar langsung doa dan permintaan para hamba-Nya, melihat langsung ibadah dan shalat mereka, sehingga bisa memberikan pahala langsung tanpa perantara. Juga tidak ada manusia yang mempunyai otoritas ampunan dan taubat. Dengan demikian, kapan pun seorang hamba bertaubat dengan benar, maka Allah SWT akan langsung memberikan ampunan kepadanya. Seperti halnya juga tidak ada manusia yang mempunyai kekuatan luar biasa untuk mengubah bumi karena semua kekuatan ada di tangan Allah. Selain itu Islam juga memerdekakan akal seorang muslim, me